قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ
لَهُ، مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
وقال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ
لَهُ، مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
(صحيح البخاري)
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang
berpuasa Ramadhan, dengan Keimanan dan Kesungguhan, maka diampuni dosa-dosanya.
Dan Sabda Rasulullah saw: Barangsiapa yang solat malam di bulan Ramadhan, dengan
Keimanan dan Kesungguhan, maka diampuni dosa-dosanya. (Shahih Bukhari).
Limpahan puji
kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membuka rahsia
cahaya keindahan dan anugerah yang tiada mampu diberikan antara seorang hamba
kepada yang lainnya kecuali dariNya, yang berupa kehidupan dan kenikmatan dunia
yang fana serta kehidupan dan kenikmatan akhirat yang kekal. Dimana kenikmatan
akhirat tiada satu makhluk pun yang mampu memberikannya kecuali hanya dari sang
pencipta seluruh makhluk, Allah subhanahu wata’ala. Begitu pula kenikmatan
dunia tidak akan pernah bisa terjadi tanpa kehendak dan izin dari Allah
subhanahu wata’ala, Sang Pemilik kenikmatan dunia dan akhirat yang tiada henti
melimpahkan anugerah dan kenikmatan kepada hamba-hambaNya sepanjang waktu dan
zaman di dunia secara berkesinambungan dari samudera kelembutanNya, sebagaimana
firmanNya :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
( الأعراف : 156 )
“Dan RahmatKu (Kasih SayangKu) meliputi
segala sesuatu”
Khutbah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika telah berakhir bulan Sya’ban dan masuk pada
bulan Ramadhan. Dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
diriwayatkan dalam Shahih Ibn Khuzaimah dan juga oleh Al Imam Al Baihaqi dan
lainnya, meskipun sebagian ahli hadits mengatakan bahwa hadits ini dha’if, akan
tetapi Al Imam Ibn Khuzaimah memasukkannya ke dalam kitab Shahih beliau, namun
ucapan-ucapan dari khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut
merupakan rangkaian atau rangkuman dari hadits-hadits yang memiliki derajat
Shahih yang bisa dipertanggungjawabkan dengan dalil Al qur’anul Karim. Adapun
khutbah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ
شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعاً مَنْ
تَقَرَّبَ فِيهِ بِخُصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِكَانَ كَمْنَ أَدَّى فَرِيضَةً فِيما
سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَانَ كَمَنْ أدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيضَةً
فِيمَا سِوَاهُ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، والصَّبْرُ ثَوَابُهُ الجَنَّةُ،
وَشَهْرُ المُوَاسَاةِ وَشَهْرٌ يَزْدَادُ فِيهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ
فِيهِ صَائِماً كَانَ مَغْفِرَةً لِذنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ،
وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ،
قَالُوْا: لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفْطِرُ الصَّائِمَ ؟!، فَقَالَ رسول الله
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ
فَطَّرَ صَائِماً عَلَى تَمْرَةٍ ، أَوْ شَرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مَذْقَةِ لَبَنٍ ،
وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ
مِنَ النَّارِ ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَأَعْتَقَهُ
مِنَ النَّارِ ، وَاسْتَكْثِرُوْا فِيْهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ ، خَصْلَتَيْنِ
تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ ، وَخَصْلَتَيْنِ لاَ غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا
،فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ : فَشَهَادَةُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله ، وَتَسْتَغْفِرُوْنَهُ ، وَأَمَّا اللَّتَانِ لاَ
غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا : فَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ ، وَتَعُوْذُوْنَ بِهِ
مِنَ النَّارِ ، وَمَنْ أَشْبَعَ فِيْهِ صَائِماً سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ
شَرْبَةً لاَ يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ .
“ Wahai manusia, telah
dating kepada kalian bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan,
bulan dimana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan
(Lailatul Qadr), dan di bulan itu Allah jadikan puasa di siang harinya menjadi
kewajiban (bagi yang mampu), dan bangun malam / shalat di malam harinya
merupakan hal yang disunnahkan. Barangsiapa yang melakukan satu kebaikan di
bulan itu maka pahalanya sama dengan pahala melakukan perbuatan yang fardhu
(wajib) di selain bulan Ramadhan, dan barangsiapa melakukaan satu perbuatan
wajib di bulan Ramadhan maka pahalanya sama dengan melakukan 70 perbuatan wajib
di selain bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran dan balasan
kesabaran adalah surga, dan bulan itu adalah bulan yang penuh simpati (tolong-menolong),
dan bulan ditambahnya rezeki orang mukmin, barangsiapa yang memberikan buka
puasa untuk orang yang berpuasa di bulan itu maka baginya pengampunan atas
dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka, serta baginya pahala puasa seperti
orang yang berpuasa dan tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa. Ketika
mendengar hal itu, para sahabat berkata : “Wahai Rasulullah, tidak semua dari
kami memiliki sesuatu untuk memberi makan orang yang berpuasa”, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Pahala ini diberikan oleh Allah kepada
orang yang memberi makan untuk orang yang berpuasa sekurang-kurangnya dengan
sebutir kurma atau seteguk air atau susu”, dan bulan Ramadhan awalnya adalah
rahmah (kasih sayang) Allah, dan pertengahannya adalah pengampunan Allah, serta
akhirnya adalah pembebasan dari api neraka, dan barangsiapa yang meringankan
(pekerjaan) orang lain di bulan Ramadhan maka Allah subhanahu wata’ala
mengampuni dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Dan perbanyaklah dibulan
itu (untuk melakukan) 4 hal, 2 hal yang pertama membuat Tuhan kalian (Allah
subhanahu wata’ala) redha, dan 2 hal yang lainnya merupakan sesuatu yang kalian
mengkehendaki. Dua hal yang membuat Tuhan kalian (Allah subhanahu wata’ala) redha
adalah mengucapkan syahadat (أشهد ألا إله إلا الله
), dan kalian meminta ampunan kepada Allah
subhanahu wata’ala (أستغفر الله العظيم ), adapun
dua hal yang kalian mengkehendaki
terhadap keduanya adalah kalian meminta kepada Allah untuk dimasukkan ke dalam
syurga dan dijauhkan dari api neraka, dan barangsiapa yang memberi makan orang
yang berpuasa di bulan Ramadhan hingga kenyang, maka Allah akan memberinya
minum dari telagaku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dimana seteguk
air itu menjadikannya tidak akan merasa haus selama-lamanya hingga ia masuk ke
surga”.
وقال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ، مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ.
(صحيح البخاري)
“Barangsiapa yang bangun (solat malam)
dengan keimanan dan kerana mengharap redha Allah, maka diampuni dosanya yang
telah lalu”.
Syarah
Lafaz:
1. قام
- Al Imam
An Nawawi menjelaskan dalam syarah Nawawiyah ‘alaa Shahih Muslim dan merupakan
pendapat jumhur ulama’ bahwa makna kalimat (قام ) dalam hadits tersebut
yang dimaksud adalah shalat tarawih.
2. احْتِسَابًا - Al Imam Ibn Hajar berkata dengan menukil
ucapan hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna kalimat ( إحتسابا ) adalah kesungguhan niat untuk melakukan
puasa karena Allah subhanahu wata’ala tanpa ada niat yang lain, adapun sebagian
ulama lainnya menafsirkan makna kalimat tersebut adalah kesungguhan untuk
berusaha memperindah puasanya yang tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus,
tetapi diperindah dengan melakukan juga hal-hal yang sunnah dalam berpuasa,
yang diantara sunnah-sunnah puasa adalah mengakhirkan waktu makan sahur yaitu
ketika telah mendekat waktu subuh dan mempercepat buka puasa, memperbanyak
membaca Al qur’an, beri’tikaf di masjid, dan sunnah-sunah lain yang diajarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahua’lam…
Kalam Al Habib Munzir Al-Munsawa - majelisrasulullah.org
No comments:
Post a Comment